Toko Buku Gunung Agung Akan Tutup Seluruh Outletnya Tahun Ini

- Senin, 22 Mei 2023 | 09:37 WIB
Toko Buku Gunung Agung, Artos Mall, Magelang  (Instagram gunungagung)
Toko Buku Gunung Agung, Artos Mall, Magelang (Instagram gunungagung)

RADIOWEBINDO- PT GA Tiga Belas yang menaungi satu toko buku legendaris di Indonesia, Gunung Agung, mengumumkan akan menutup seluruh outlet toko buku Gunung Agung yang masih tersisa pada 2023.

PT GA Tiga Belas menyebutkan bahwa keputusan tersebut diambil karena perusahaan tidak dapat bertahan dengan tambahan kerugian operasional yang semakin besar.

Sebelumnya pada 2020, saat pandemi COVID-19, Toko Buku Gunung Agung telah melakukan langkah efisiensi dengan menutup beberapa toko/outlet yang tersebar di beberapa kota yakni Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta.

Baca Juga: Timnas Sepak Bola Indonesia U-22 Juara SEA Games 2023, Presiden Jokowi: 32 Tahun Kita Nunggu

“Namun, penutupan toko/outlet tidak hanya kami lakukan akibat dampak dari pandemi COVID-19 pada 2020 saja, karena kami telah melakukan efisiensi dan efektivitas usaha sejak 2013 untuk berjuang menjaga kelangsungan usaha dan mengatasi kerugian usaha,” tulis Direksi PT GA Tiga Belas dalam keterangannya, Minggu (21/5/2023).

Penutupan toko/outlet yang terjadi pada 2020 bukan merupakan penutupan toko/outlet yang terakhir karena pada 2023 juga berencana menutup toko/outlet milik perseroan yang tersisa.

Sejarah

Toko Buku Gunung Agung berawal dari 1953, saat Tjio Wie Tay (1927-1990) yang kemudian dikenal dengan nama haji Masagung, memulai kios sederhana yang menjual buku, surat kabar, dan majalah dengan nama kemitraan Thay San Kongsie di Jakarta Pusat.

Usai kemerdekaan, permintaan buku-buku sangat tinggi dan kemungkinan karena hengkangnya penerbit Belanda dari Indonesia. Hal itu dilihat sebagai peluang oleh Tay San Kongsie yang selanjutnya membuka toko buku impor dan majalah.

Baca Juga: 31 Bhante Thudong Bertolak Menuju Candi Borobudur Untuk Merayakan Waisak

Saat itu masih terjadi persaingan dengan penerbit toko buku Belanda seperti Van Dorp dan Kolff. Seiring keuntungan buku lebih besar ketimbang penjualan rokok dan bir yang semula dijalankan Tay San Kongsie, kongsi ini pun menutup usaha rokok dan bir kemudian berganti ke toko buku.

Pada 1951, Tjio Wie Tay membeli rumah sitaan Kejaksaan di Jalan Kwitang Nomor 13 Jakarta Pusat. Rumah itu ditata dan dibuat percetakan kecil pada bagian belakang.  Pada 1953, Tjio Wie Tay memperbesar usaha menjadi firma. Ide tersebut ditolak oleh Lie Tay San sehingga ia mengundurkan diri dari kongsi itu.

Dikutip dari lama Toko Buku Gunung Agung, seiring perkembangan usaha yang semakin besar dan kompleks pada awal setelah kemerdekaan, haji Masagung mendirikan perusahaan baru yang menerbitkan dan impor buku bernama Firma Gunung Agung. Kemudian berdiri Firma Gunung Agung yang ditandai dengan perhelatan pameran buku di Jakarta pada 8 September 1953.

Ia menggelar pameran buku pertama di Indonesia pada 1954 yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat Indonesia.  Pameran itu bernama Pekan Buku Indonesia 1954. Pada pameran buku tersebut, Gunung Agung memulai tradisi penyusunan bibliografi.

Lewat Pekan Buku Indonesia 1954, Tjie Wie Tay dapat berkenalan dengan sosok yang dikaguminya Sukarno dan Hatta. Melalui perkenalan itu, Gunung Agung dipercaya untuk menggelar pameran buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa 1954. Seiring bisnis yang besar juga didirikan gedung berlantai 3 di Jalan Kwitang Nomor 6. Gedung ini diresmikan langsung oleh Sukarno pada 1963. Pada tahun yang sama, Tjoe Wie Tay ubah nama menjadi Masagung.

Baca Juga: Logo Piala Asia AFC Qatar 2023 Telah Dirilis, Ini Filosofinya

Toko Buku Gunung Agung pun masuk pasar modal Indonesia pada 1992. Perseroan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Jakarta pada 6 Januari 1992. Saat itu, perseroan menawarkan saham perdana ke publik 1 juta saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham dan harga penawaran Rp 5.000 per saham, demikian mengutip berbagai sumber.

Seiring waktu, perseroan yang selama ini bergerak di bidang perdagangan dan percetakan ekspansi ke bisnis pertambangan batu bara. Perseroan akuisisi 99,79 persen saham PT Permata Energy Resources pada 2012. Untuk akuisisi itu, perseroan menggelar penawaran umum terbatas sebanyak 94,86 persen dari modal ditempatkan."

Pada 2013, PT Toko Gunung Agung Tbk berganti nama menjadi PT Permata Prima Sakti Tbk. Perubahan nama tersebut seiring rencana perseroan mengubah bisnis menjadi pertambangan batu bara dari sebelumnya percetakan dan toko buku.

Halaman:

Editor: Alfia Sudarsono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X